Ethylene dan Poliethylene
Posted by Unknown on 09.04.00 with No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi landasan pembangunan nasional Indonesia
dititikberatkan pada
sektor
industri. Perkembangan industri di Indonesia pada
saat ini mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitas terutama industri kimia, sehingga kebutuhan akan bahan baku, bahan penunjang, maupun tenaga kerja semakin meningkat pula. Oleh karena itu sangat diharapkan munculnya industri- industri
baru, baik yang menghasilkan produk siap pakai maupun
produk untuk bahan baku industri lain. Inovasi proses produksi maupun
pembangunan pabrik
yang baru yang berorientasi pada pengurangan ketergantungan kita pada produk luar
negeri maupun untuk menambah devisa negara
sangat diperlukan. Salah satu
industri kimia yang mengalami peningkatan adalah Industri
Ethylene.
Ethylene merupakan salah satu senyawa penting dalam mata rantai industri
petrokimia dan bahan kimia organik terbesar di dunia.
Ethylene merupakan produk olefin yang
digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai produk intermediat
maupun produk akhir seperti plastik, resin, fiber, elastomer, solven, surfaktan, coating, dan antifreeze.
Ethylene digunakan untuk
pembuatan Polyethylen. Polyethylene adalah polimer yang terdiri dari rantai
panjang monomer ethylene. Di Industri polimer, polyethylene ditulis dengan singkatan
PE. PE memiliki jenis atau grade yang banyak dan aplikasi pemakaian yang luas.
Selain dapat diaplikasikan secara murni, Polyethylene dapat pula diaplikasikan
dengan mencampurnya dengan bahan atau polimer lain untuk aplikasi tertentu.
Kebutuhan polyethylene di Indonesia sangat tinggi dan tumbuh dengan cepat
seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
Sampai tahun 2005, satu-satunya pabrik di Indonesia yang
memproduksi etilen adalah PT. Chandra Asri Petrochemical Indonesia.
Produk etilen dari PT. Chandra
Asri
hampir semuanya dikonsumsi kelompok polymer grade, yaitu sebagian
besar
dipakai sebagai bahan baku Low Linear Density
Poliethyelene (LLPDE) Plant dan High Density Poliethylene (HDPE) Plant PT. Chandra Asri,
sementara sebagian kecil dijual ke PT. PENI dan PT. Asahimas Subentra Chemical.
B.
TUJUAN
Tujuan dalam
pembuatan makalah ini diantaranya adalah:
1. Mengetahui
apa itu Ethylene dan Polyethylene,
2. Memahami peranan
ethylene dan polyethylene,
3. Memahami reaksi kimia dalam ethylene dan Polyethylene.
C.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa itu Ethylene ?
2.
Apa itu Polyethylene ?
3.
Apa sajakah karakteristik Ethylene
dan Polyethylene ?
4.
Bagaimana sifat- sifat ethylene?
5.
Bagaimana sifat-sifat polyethylene ?
6.
Bagaimana proses produksi dari
ethylene ?
7.
Bagaimana proses produksi dari
polyethylene ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ethylene
1.
Sejarah Ethylene
Ethylene telah digunakan sejak Mesir kuno untuk merangsang
pematangan
(melukai merangsang
produksi ethylene oleh jaringan tanaman). Orang Cina kuno
akan membakar dupa di kamar tertutup untuk
meningkatkan pematangan pir. Pada tahun
1864 ditemukan bahwa gas bocor dari lampu jalan menyebabkan
pengerdilan pertumbuhan, memutar
tanaman, dan penebalan abnormal dari batang. Pada tahun 1901, seorang
ilmuwan Rusia bernama Dimitry
Neljubow
menunjukkan bahwa komponen aktif adalah etilena Keraguan menemukan bahwa
etilena
merangsang
absisi. Tahun 1934 R. Gane
melaporkan bahwa tanaman menyintesis etilena. Pada tahun 1935, Crocker mengusulkan bahwa ethylene adalah hormon tanaman yang bertanggung jawab
untuk pematangan buah
serta penuaan
dari vegetatif jaringan.
Permintaan etilen secara global pada
tahun 2020 diperkirakan akan
mencapai 200 juta ton. Permintaan etilen
secara global akan mengalami kenaikan
sebesar 5,5% per tahun. Konsumsi
etilen di Asia Pasifik meningkat 6,1% per tahun
pada tahun 2001 hingga 2010.
Di Indonesia sendiri kebutuhan akan Etilen pada tahun 2013 mencapai 1,28 juta ton. 53% dari total tersebut didapatkan dengan Impor sedangkan 47% dari satu-
satunya perusahaan yang
memproduksi etilen yaitu
PT.
CAP
Mengingat kebutuhan akan etilen yang
terus meningkat baik kelompok polymer grade
maupun chemical grade. Di tahun
2016, Indonesia diperkirakan mempunyai pasokan antara
lain 2 juta ton etilen, dari kebutuhan 1,34 juta ton. Tahun
lalu, Indonesia dinyatakan masih kekurangan etilen.
Dari
kebutuhan sebanyak 1 juta ton, yang bisa disediakan masih 600 ribu ton. Saat ini hanya satu produsen yang menyediakan etilen, yaitu PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. dengan kapasitas 600 ribu ton. Berikut adalah data
Ekspor dan Impor Etilen.
Terlihat bahwa impor Etilen terus meningkat. Ini menandakan bahwa tingginya kebutuhan
etilen
di Indonesia
tidak
diimbangi dengan
kapasitas produksi. Sedangkan untuk ekspor menurun karena di dalam negeri sendiri masih kekurangan
produk etilen. Namun pada tahun 2016 produksi etilen akan meningkat 43% dari
600.000 ton menjadi 860.000 ton hal ini disebabkan PT. Chandra Asri telah berhasil
menyelesaikan
proyek
peningkatan kapasitas Nafta Cracker. Berikut adalah kapasitas produksi Etilen secara global. Terlihat bahwa
kapasitas produksi
etilen di Indonesia
termasuk kecil dibandingkan dengan Negara lain.
Gambar 3.2
Grafik Perbandingan Ekspor Impor Ethylene
di Indonesia
2.
Karakteristik Ethylene
Etena atau ethylene adalah senyawa alkena paling sederhana yang terdiri dari
empat atom hidrogen dan dua atom karbon yang terhubungkan oleh suatu ikatan rangkap. Karena ikatan rangkap ini, etena disebut pula hidrokarbon
tak jenuh atau olefin. Ethylene
memiliki sifat tidak berwarna, mudah terbakar, dan sedikit wangi.
Sifat etilena ditentukan ikatan rangkapnya, yang reaksi utamanya adalah reaksi
adisi menghasilkan hidrokarbon jenuh dan turunannya atau polimer (Kirk
& Othmer, 1977).
Gambar 2.1
Struktur Ethylene
Ethylene merupakan senyawa antara
yang menjadi
bahan baku berbagai produk turunannya berdasarkan karakteristik
reaksi.
Tabel 1.2 Karakteristik Reaksi dan Produk Turunan Ethylene
Reaksi
|
Produk
|
%
Pemakaian
|
Polimerisasi
|
Polyethylene
|
45,7
|
Oksidasi
|
Ethylene oksida, ethylene
glikol,
etanolamin, asetaldehid,
asam asetat, vinil asetat,
asetat
anhidrid, pentoeritrio
|
22,4
|
Halogenasi/
Hidrohalogenasi
|
Etil diklorida, vinil klorida, etil klorida,
etilen
dibromid, etil bromid
|
15,9
|
Alkilasi
|
Etil benzena, toluena, etil mercaptan,
etil
anilina, dietil sulfat
|
8,5
|
Oligomerasi
|
Alfaolefin
|
4,3
|
Okso
reaksi
|
Propionaldehid
|
0,5
|
Sumber :
Stevens, 2001
Etena juga dibentuk
secara alami oleh tumbuhan dan berperan sebagai
hormon. Ia diketahui terutama merangsang
pematangan buah dan pembukaan kuncup
bunga (Mc. Ketta,
1984).
Saat ini hampir seluruh ethylene dibuat dari gas alam,
etana, propana, dan parafin lain
yang berat serta
fraksi minyak mentah, nafta, kerosin, dan gas oil. Sejumlah kecil
etilena didapat dari gas keluaran kilang (catalytic cracking).
3.
Sifat-sifat Ethylene
a. Berikut adalah sifat fisika dari Ethylene
Tabel
2.2 Sifat Fisika Etilena
No
|
Sifat-Sifat
|
Keterangan
|
1.
|
Rumus
molekul
|
C2H4
|
2.
|
Berat molekul
|
28,05 g/mol
|
3.
|
Penampakan
|
Gas
tidak berwarna
|
4.
|
Klasifikasi (oleh Uni
Eropa)
|
Sangat mudah terbakar
|
5.
|
Massa
jenis
|
1,178
kg/m3
di 15 °C, fase gas
|
6.
|
Titik lebur
|
-169,2 °C (104,0 K, -272,6 °F)
|
7.
|
Titik didih
|
-103,7 °C (169,5 K, -154,7 °F)
|
8.
|
Flash Point
|
-136 °C
|
9.
|
Auto ignition temperature
|
542,8 °C
|
10.
|
Kelarutan di air
|
3,5 mg/100
ml (17 °C)
|
11.
|
Kelarutan di etanol
|
4,22 mg/L
|
12.
|
Kelarutan di dietil eter
|
Bagus
|
13.
|
Keasaman (pKa)
|
4
|
b. Berikut adalah sifat kimia dari Ethylene
4.
Proses Produksi Ethylene
Bahan baku pembuatan etilen
adalah
nafta. Nafta merupakan produk yang
dihasilkan dari proses pengilangan atau
penyulingan minyak bumi dengan berat
molekul terkecil. Sifat dari nafta adalah berupa cairan aromatik tak berwarna coklat kemerahan yang mudah menguap, sangat mirip dengan bensin,
mendidih pada suhu
diantara 30˚C dan 200˚C, terdiri dari campuran kompleks molekul hidrokarbon
yang memiliki antara
5 dan 12 atom karbon, serta
memiliki berat sekitar 15-30% dari
minyak mentah.
Pemerintah semula
berharap fasilitas refinery Chandra
Asri dapat segera ditambah untuk mengurangi ketergantungan impor etilen yang setiap tahun
menembus 996.000 ton. (Inaplas:
Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia, 2009). Di PT. Chandra
Asri etilen diproduksi dari bahan baku berupa nafta. Karena persaingan dengan sektor energi, maka
untuk mendapatkan bahan baku tersebut semakin lama
semakin sulit sehingga harus mengimpor
dari
luar negeri sehingga mulai dicari alternatif bahan baku lainnya. Salah satu alternatif yang kini mulai dipertimbangkan adalah refinery gas. Refinery gas
adalah gas sisa
proses dalam pabrik pencairan gas ataupun dari kilang minyak. Gas tersebut
biasanya hanya
digunakan sebagai fuel gas untuk bahan bakar boiler maupun
furnace. Seringkali jumlah gas ini cukup besar sehingga hanya
dibuang dengan dibakar di dalam flare.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan etilen adalah
refinery gas yang diperoleh dari PT. Badak NGL Bontang yang mencapai 5,4 juta
ton/tahun.
Beberapa cara pembuatan etilen menurut Mc. Ketta
(1984) adalah :
a. Pirolisis
hidrokarbon
Teknik yang paling banyak dipakai dalam pembuatan
etilen. Persamaan reaksi dalam pirolisis hidrokarbon:
C7H16 ½ C5H12 + 1/3 C4H8 + 1/3 C3H8 + 1/3 C4H10 + 1/3
C3H6 ..(1) Produksi skala besar dilakukan dengan melakukan pirolisis bahan baku
hidrokarbon dan ditambah dengan steam dengan rasio dalam suatu pyrolysis heater
dan dilanjutkan dengan pemisahan campuran hasil gas melewati sistem operasi
yang kompleks. Proses ini menghasilkan campuran produk hidrokarbon yang
kompleks dan akan semakin kompleks lagi seiring dengan semakin beratnya molekul
hidrokarbon yang dipirolisis.
Selektifitas hasil yang tinggi terhadap olefin dan
diolefin yang diinginkan (etilen, propilen, butadiene) serta hasil metana dan
coking yang minimum dapat dicapai dengan mengoperasikan pyrolysis heater pada
suhu tinggi (750-900 o C).waktu tinggal yang pendek serta tekanan parsial yang
rendah. Penambahan steam berfungsi untuk mengurangi tekanan parsial hidrokarbon
dan jumlah karbon yang terdeposit dalam dinding tube.
Perbandingan
berat steam dengan hidrokarbon bervariasi dari 0,3 untuk etan hingga 1,0 untuk
gas oil. Perubahan rantai karbon parafinik dan naftenik menjadi olefin terjadi
secara endotermis. Gas hasil pirolisis sebelum masuk dalam seksi distilasi
(separation plant) akan mengalami serangkaian treatment terlebih dahulu, yaitu
:
i. Pemanfaatan panas yang dikandung oleh gas pirolisis
ii. Kompresi
iii. Pengambilan (penghilangan) komponen asam
iv. Pengeringan kandungan air dlm gas hidrokarbon dgn adsorben
padat.
b. Dehidrasi
etanol
Pembuatan etilen dari dehidrasi etanol mengikuti
persamaan reaksi berikut :
C2H5OH C2H4 + H2O ….(2)
Reaksi terjadi dengan bantuan katalisator alumina
aktifdan asam fosfat.Pembentukan eter terjadi pada suhu 230 o C sedangkan pada
suhu 300-400 o C diperoleh etilen dengan kandungan eter minimum. Hasil etilen
dapat mencapai 94 – 99 % dari nilai teoritis tergantung pada proses yang
dipakai. Pemurnian yang lebih lanjut dipakai untuk memisahkan asetaldehid,
asam, hidrokarbon lain, CO2 dan air. Proses ini berkembang dalam skala kecil di
Eropa, Amerika, dan Australia pada tahun 60-an, sebelum berkembangnya pabrik
etilen yang menghasilkan etilen lebih murah, yaitu dari hidrokarbon.
c.
Disproposionasi propilen
Pada proses ini propilen
yang relatif murah diubah menjadi etilen dan butilen yang lebih tinggi harganya
dengan bantuan katalis tungsten oksid-silika. Reaksi yang terjadi adalah :
2C2H6 C2H4 + C4H8 ….(2)
5.
Manfaat Ethylene
B.
Polyethylene
1.
Sejarah Polyethylene
Polietilena pertama kali disintesis oleh
ahli kimia Jerman bernama Hans von Pechmann yang
melakukannya secara tidak sengaja pada tahun 1989 ketikasedang memanaskan diazometana. Ketika koleganya, Eugen Bamberger dan
Friedrich Tschirner mencari tahu tentang substansi putih, berlilin, mereka mengetahui bahwa yang ia buat mengandung rantai panjang -CH2- dan menamakannya polimetilena.
Secara industri, polyethylene pertama kali disintesis
oleh
E.W. Fawcett pada tahun
1936 di Laboratorium Imperial
Chemical Industries, Ltd (ICI),
Inggris dalam sebuah percobaan tak terduga dimana ethylene yang merupakan bahan baku sisa reaksi diteliti sampai tekanan 1.446,52 kg/cm2 dan temperatur 170 oC. Pada tahun 1940,
polimer mulai diperkenalkan secara komersial,
dan polimer ethylene yang pertama
kali
diperdagangkan adalah polyethylene dengan density
polyethtylene meluas dengan cepat. Pada tahun 1953, Ziegler berhasil menemukan
cara pembuatan polyethylene secara organometalic dan setahun kemudian berhasil
diproduksi. Polyethylene yang dihasilkan oleh Ziegler yaitu polyethylene tanpa
tekanan. Sampai sekarang, polyethylene merupakan jenis polimer yang paling
banyak diproduksi.
2.
Karakteristik Polyethylene
Polietilena (disingkat PE) (IUPAC: Polietena) adalah termoplastik
yang digunakan secara luas oleh konsumen produk sebagai kantong plastik.
Sekitar 80 juta metrik ton plastik ini diproduksi setiap tahunnya.Polietilena
adalah polimer
yang terdiri dari rantai panjang monomer etilena (IUPAC: etena). Di industri polimer, polietilena ditulis dengan
singkatan PE, perlakuan yang
sama yang dilakukan oleh Polistirena (PS) dan Polipropilena (PP).Molekul etena C2H4 adalah CH2=CH2.
Dua grup CH2
bersatu dengan ikatan ganda. Polietilena dibentuk melalui proses polimerisasi
dari etena.
Menurut Irwan Hidajat pada tahun
1995, polyethylene merupakan salah satu polimer dengan struktur molekul paling
sederhana, bersifat termoplastik dari polimerisasi ethylene (C2H4). Polimer
termoplastik adalah polimer yang dapat menc
air dan mengalir pada suhu tinggi. Polyethylene diklasifikasikan
berdasarkan rantai dan densitasnya menjadi :
a. UHMWPE
(Ultra High Molecular Weight Polyethylene), merupakan polyethylenedengan berat
molekul sangat besar antara 3,1 dan 5,57 juta dengan densitas 0,935-0,930 g/cm3
b. HDPE (High
Density Polyethylene), merupakan polyethylene dengan
densitas lebih besar atau sama dengan 0,941 g/cm3.
c. PEX (Cross-linked
Polyethylene), merupakan polyethylene dengan densitas medium
yang terdiri dari ikatan cross-linked.
d. MDPE (Medium
Density Polyethylene), merupakan polyethylene dengan
kisaran densitas antara 0,926-0,940 g/cm3.
e. LLDPE (Linear
Low Density Polyethylene), merupakan polyethylene dengan
kisaran densitas antara 0,915-0,925 g/cm3, berbentuk linear dengan
cabang-cabang pendek.
f.
LDPE (Low Density Polyethylene),
merupakan polyethylene dengan kisaran densitas antara
0,910-0,940 g/cm3 dengan cabang-cabang pendek maupun panjang.
g. VLDPE (Very
Low Density Polyethylene), merupakan polyethylene dengan
kisaran densitas antara 0,880-0,915 g/cm3.
Polietilena merupakan hasil polimerisasi dari etena
(C2H4), sehingga rumus molekulnya (C2H4)n, dan rumus bangun polietilena, sebagai
berikut,
3.
Sifat-sifat Polyethylene
Polietilena
memiliki sifat – sifat yang dapat dibedakan dengan sifat – sifat polimer
lainnya. Sifat – sifat tersebut antara lain sifat fisika dan kimia. Berikut
adalah sifat – sifat fisika dari polietilena. Sifat fisika polietilen, dibedaka
menjadi 2, yaitu:
1)
Sifat fisika polietilen
Sifat Fisika
|
Cara Ukur
|
Alat Ukur
|
Fase : Padat
|
-
|
-
|
Warna : Putih
|
-
|
-
|
Titik lebur kristal : 109 – 183 ° C
|
Proses
konduksi dari logam
untuk
penghantaran panas.
Pada
alat ini terdapat dua
lubang
di bagian atas yang
digunakan
untuk menaruh pipa
kapiler
dan termometer,
sementara dua lubang
disamping
digunakan untuk
mengamati
keadaan padatan
yang
akan berubah menjadi
cairan.
|
Melting Block
|
Koefisien fraksi : 0,06 – 0,3
|
-
|
-
|
Kristalinitas : 55 – 85%
|
Akurasi pengukuran kristalinitas dengan metode XRD
dilakukan dengan menggunakan serbuk etilen sebagai standar internal dan
goniometer berkecepatan dan interval tertentu. Hasilnya
menunjukkan bahwa posisi intensitas-maksimum bahan.
|
Difraktometer sinar-X
|
Kekuatan tarik : 1250 – 4100 psi
|
Benda yang diuji tarik diberi pembebanan pada kedua arah sumbunya.
Pemberian beban pada kedua arah sumbunya dengan berat yang sama besar. Beban
yang diberikan pada bahan yang diuji ditransmisikan pada pegangan bahan yang
diuji. Dimensi dan ukuran benda yangdiuji disesuaikan dengan ketentuan baku.
|
Mesin uji tarik
|
Konduktivitas termal : 2,3 –
3,4 Btu in/hr ft
|
menggunakan "Fourier's Law
for heat conduction"
|
2)
Sifat Kimia Polyethylene
a.
Tidak larut dalam
pelarut apa pun pada suhu kamar tetapi mengendap oleh hidrokarbon dan karbon
tetraklorida.
b.
Tahan terhadap asam
dan basa.
c.
Dapat dirusak oleh
asam sulfat pekat.
d.
Tidak tahan
terhadap cahaya dan oksigen.
e.
Bila dipanasi
secara kuat akan membentuk cross linkyang diikuti dengan pembelahan ikatan
secara acak pada suhu lebih tinggi, tetapi dipolimerisasi tidak terjadi
f.
Larutan dari
suspense polietilena dengan karbon tetraklorida pada suhu sekitar 60 ° C dapat
direaksikan dengan Cl membentuk produk lunak dan kenyal. Pemasukan atom Cl secara
acak ke dalam rantai dapat menghancurkan kekristalan polietilena
g.
Polietilena
termoplastik dapat diubah menjadi elastomer tervulkanisir yang mengandung
sekitar 30% Cl dan 1,5% belerang melalui pengklorosulfonan.
h.
Vulkanisir pada
umumnya dilakukan melalui pemanasan dengan oksida logam tertentu. Hasil akhir
berupa hipalon yang tahan terhadap bahan kimia dan cuaca.
4.
Proses Produksi Polyethylene
Pada
umumnya, semua polimer dibentuk dari proses polimerisasi. Begitu pula dengan
Polietilena, Polietilena dibentuk dari proses polimerisasi etena. Berikut
adalah proses pembentukan Polietilena.
Reaksi
polimer adisi adalah reaksi yang sering dilakukan dalam pembentukan
Polietilena. Reaksi ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inisiasi, propagasi
dan terminasi.
1.
Inisiasi
Untuk
tahap pertama ini dimulai dari penguraian inisiator dan adisi molekul monomer
pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Bila kita nyatakan radikal bebas
yang terbentuk dari inisiator sebagai R’, dan molekul monomer dinyatakan dengan
CH2= CH2, maka tahap inisiasi dapat digambarkan sebagai berikut:
2.
Propagasi
Dalam
tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer yang
terbentuk dalam tahap inisiasi.
Bila
proses dilanjutkan, akan terbentuk molekul polimer yang besar, dimana ikatan
rangkap C= C dalam monomer etilena akan berubah menjadi ikatan tunggal C–C pada
polimer polietilena.
3.
Terminasi
Ada beberapa
macam proses pembuatan produk polyethylene, diantaranya:
Dalam dunia industri, produksi
polietilena telah dikembangkan berbagai macam cara, tergantung pada fase
reaksi, penggunaan katalis, jenis reaktor serta kondisi operasinya. Berbagai
macam jenis produksi polietilena tersebut antara lain :
A.
Solution
process(proses cair)
Merupakan proses produksi polietilena dalam fase cair. Bahan baku etena
dilarutkan dalam suatu diluent(misalnya sikloheksana) dan dipompa ke reaktor
CSTR pada tekanan 10 MPa, reaksi yang terjadi bersifat adiabatis dengan suhu
200 – 300 ° C. Umpan mengandung 25% berat dan 95% dikonversikan menjadi
polietilena. Setelah keluar dari reaktor, larutan polietilena ditreatment
dengan deactivating agent dan dilewatkan bed alumina untuk mengabsorbsi katalis
yang masih ada dalam polietilena.
B.
Gas
process(proses gas)
Merupakan proses produksi polietilena dalam fase gas, menggunakan
reaktor fluidized bed dengan tekanan tinggi sehingga biaya operasi lebih
rendah. Katalis yang digunakan adalah katalis Ziegler-Natta, TiCl4dan (C3H5)3Al.
Gas etilen diumpankan ke dalam reaktor dan ditambahkan katalis secara terpisah.
Reaksi terjadi pada tekanan 21 atm dan suhu 80 – 100 ° C tergantung pada
densitas produk yang diinginkan. Granular polietilena hasil reaksi ditampung
dalam suatu discharge system. Sedangkan etilena yang tidak bereaksi didaur
ulang. Polietilena dicuci dengan gas nitrogen atau gas inert lain. Polietilena
dari hasil proses gas ini memiliki densitas antara 0,89 – 0,97 g/cm.
C.
Slurry
process(suspensi)
Produksi polietilena dalam fase suspensi ini menggunakan diluent
hidrokarbon menggunakan katalis Ziegler dan katalis Philips. Pada dasarnya
proses produksi ini dibagi menjadi dua proses, yaitu :
a.
Autoclave
process
Merupakan proses produksi polietilena dengan tekanan 0,5 – 1,0 MPa dalam
reaktor CSTR pada suhu 80 – 90 ° C. Diluent yang digunakan adalah hidrokarbon
dengan titik didih rendah seperti heksana. Katalis dicampurkan ke dalam
diluentpada tangki pencampur katalis sebelum diumpankan ke dalam reaktor.
Reaksi dipercepat dengan memisahkan diluentyang akan direcycleke reaktor.
Polimer yang terbentuk dikeringkan dalam fluidized bed dryerdengan nitrogen
secara kontinyu.
b.
Loop reactor
process
Merupakan produksi polietilen dalam reaktor loopdengan suhu 85 ° C dan
tekanan 35 atm. Diluentyang digunakan adalah isobutana. Katalis diumpankan ke
dalam reaktor bersama diluentdari tangki slurry katalis. Setelah keluar dari
reaktor, isobutana diuapkan dalam flash tank, dikondensasikan dan direcycle.
D.
ICI
Merupakan produksi polietilen bertekanan tinggi dengan oksigen sebagai
katalisnya. Reaktor yang digunakan dapat berupa autoclaveatau jacketed tube /
tubular. Polimerisasi ini merupakan jenis polimerisasi radikal bebas. Etilena
dengan kemurnian 99,95% dimasukan ke dalam reaktor dengan suhu 70 ° C dan
tekanan 15 atm.
5.
Reaktor
yang Digunakan
Dari
penjelasan di atas, reaktor yang baik digunakan untuk produksi polietilena
adalah Fluidized Bed Reactor. Hal ini dikarenakan reaktor ini dapat digunakan
untuk mereaksikan bahan dalam keadaan banyak fasa. Reaktor jenis ini
menggunakan fluida yang dialirkan melalui katalis padatan sehingga katalis akan
tertolak sedemikian rupa dan akhirnya katalis tersebut dapat dianalogikan
sebagai fluida juga. Kelebihan lain dari penggunaan fluidized bed reaktoradalah
:
a.
Reaktor mempunyai
kemampuan untuk memproses fluida dalam jumlah yang besar,
b.
Pengendalian
temperatur lebih baik,
c.
Pencampuran
(mixing) yang bagus untuk katalis dan reaktan,
d.
Operasi bekerja
optimal pada suhu 70 ° C dan tekanan 15 atm sehingga mudah dikontrol,
e.
Konversi yang
dihasilkan di atas 97% overall,
f.
Isobutana yang
digunakan sebagai komoner dapat direcycle sehingga menghemat biaya,
g.
Tidak ada produk
samping pada polimerisasi.
Sedangkan
kerugian dari reaktor ini adalah:
a.
Partikel mengalami
keausan yang dapat menyebakan mengecilnya ukuran partikel yang berada di dalam
reaktor dan ikut mengalir bersama aliran gas sehingga perlu digunakan alat
cyclone separators dan aliran listrik yang disambungkan pada garis antara
reaktor dan generator.
b.
Adanya peningkatan
keabrasivan dimana penyebabnya adalah partikel padat di dalam proses cracking
pada fluidized bed
c.
Tidak mempunyai
fleksibilitas terhadap perubahan panas.
Gambar.
Proses Produksi Polietilen dengan Fluidized Bed Reactor
6.
Katalis yang
Digunakan
1.
Katalis M-1
Katalis M-1 terdiri dari metal aktif Titanium
yang di-support dengan silika dan
aluminium. Berdiameter 700-900m. μ
Karaktristik :
a. Memiliki distribusi
berat molekul (MWD) terbatas,
b. Harga Melt Index
tinggi dan densitas yang cukup luas,
c. Aktivitas yang baik
(2-4 ppm Ti),
d. Produktivitas Katalis
3000-5000 kg resin/kg katalis,
Penggunaan : untuk memproduksi LLDPE.
2.
Katalis S-2
Katalis S-2 terdiri dari chrome aktif yang di-support
dengan silika dan aluminium. Berdiameter 500-600m. μ
Karaktristik:
a. Memiliki distribusi
berat molekul (MWD) sangat luas,
b. Harga Melt Indekx
rendah dan densitas tinggi,
c. Aktivitas yang baik
(kurang dari1ppm Cr),
d. Produktivitas Katalis
6000-8000 kg resin/kg katalis,
e. Polimerisasi baik,
sturtur molekul produk yang lebih luas.
Penggunaan : untuk memproduksi HDPE, tipe blow molding,
film, pipa, geomembran.
3.
Katalis F-3
Katalis F-3 merupakan katalis yang tergolong katalis chrome.
Berdiameter 500-600m. μ
Karaktristik:
a. Memiliki distribusi
berat molekul (MWD) produk yang luas,
b. Produktivitas Katalis
15000 kg resin/kg katalis.
Penggunaan : untuk memproduksi HDPE.
7.
Manfaat Polyethylene
Beberapa manfaat
dari polyethylene antara lain :
Menurut F.W Billmeyer pada tahun 1984, LLDPE merupakan
kepolimeran antara ethylne dengan α-olefin seperti butene, hexene, dan octene
yang ditunjukan dengan rantai cabang pendek dengan densitas polyethylene cabang
yang ditentukan tanpa adanya rantai cabang panjang. LLDPE diproduksi untuk
berbagai macam barang, antara lain:
a)
LDPE digunakan sebagai
container yang agak kuat dan dalam aplikasi film plastik seperti sebagai
kantong plastik dan plastik pembungkus.
b)
LDPE dipergunakan untuk memperbaiki
mampu cetak dengan mencampur atau dipakai untuk membuat kertas tahan air, kain
tanpa tenunan, pelapis, dan seterusnya dengan jalan pelapisan. Dipakai juga
untuk membebaskan cetakan, permolisan, dsb.
c)
HDPE digunakan sebagai bahan pembuat botol susu,
botol/kemasan deterjen, kemasan margarin, pipa air, dan tempat sampah.
d)
untuk polietilen yang memiliki densitas
tinggi, polimernya lebih keras, namun masih mudah untuk dibentuk sehingga
banyak dipakai sebagai alat dapur misal ember, panci, juga untuk pelapis kawat
dan kabel.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Pengolahan Plastic (Polyethylene) Pada
Pembuatan Wadah Makanan Dan Perabot Rumah dalam http://ukhticha.blogspot.com/2011/08/pengolahan-plastic-polyethylene-pada.html?m=1 diakses tanggal 07/09/13
Anonim,2011. Mengenal plastik polietilen dalam http://polimerabduh.wordpress.com/2011/03/15/mengenal-plastik-polietilena/ diakses tanggal 07/09/13
Anonim, 2012. Polyetilen dan
ethylene dalam http://teknologibahanalam.blogspot.com/2012/04/poly-etilen.html diakses tanggal 07/09/13
Anonim, 2012. Polietilena dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25569/4/Chapter%20II.pdf diakses tanggal 07/09/13
Anonim, 2012. Bahan pembuat plastik, bagaimana cara
membuat plastik dalam http://www.amazine.co/14515/bahan-pembuat-plastik-bagaimana-cara-membuat-plastik/ diakses tanggal 07/09/13
Ratna dkk, 2010. Jenis jenis utama plastik dan cara
pembuatan plastik dalam http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/jenis-jenis-utama-plastik-dan-cara-pembuatan-plastik/ diakses tanggal 07/09/13
Zulfikar, 2010. Polimer di sekeliling kita dalam http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/makromolekul/polimer-di-sekeliling-kita/ diakses tanggal 07/09/13
https://www.google.co.id/search?espv=2&q=proses+produksi+etilen+dalam+petrokimia&oq=proses+produksi+etilen+dalam+petrokimia&gs
0 komentar:
Posting Komentar